Capai “Zero” Kelahiran Talasemia di Kota Bandung dengan Deteksi Dini di Puskesmas

Kementerian Kesehatan RI melakukan uji coba deteksi dini talasemia di beberapa Kota/Kabupaten di Jawa Barat, salah satunya di Kota Bandung. Sasaran yang akan mendapatkan deteksi dini sebanyak 382 orang keluarga ring 1, yaitu saudara kandung penyandang talasemia.

Pemerintah Kota Bandung menyambut baik kegiatan ini dan akan melanjutkan deteksi dini talasemia untuk mewujudkan zero kelahiran bayi dengan talasemia, melalui deteksi dini terhadap keluarga penyandang talasemia dan calon pengantin di Puskesmas.

Pendeteksian dilakukan dengan menganalisis sampel darah untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan pembawa sifat talasemia pada tubuh seseorang sehingga dapat mencegah terjadinya perkawinan antarsesama pembawa sifat (carrier).

Jika seorang carrier talasemia menikah dengan sesama carrier maka akan menghasilkan keturunan yang menyandang talasemia. Meski tidak bisa disembuhkan, penyandang talasemia bisa bertahan hidup dengan rutin melakukan perawatan dan transfusi darah seumur hidupnya.

“Biaya perawatannya bisa mencapai 300-400 juta rupiah per tahun dan akan bertambah seiring bertambahnya usia. Belum lagi adanya dampak psikologis bagi penyandang dan keluarganya,” jelas Kepala Dinas Kesehatan, Ahyani Raksanagara pada kegiatan Kick-off Uji Coba Deteksi Dini Thalasemia Kota Bandung di UPT Puskesmas Garuda, Selasa (05/10/2021).

Lebih lanjut, Ahyani menjelaskan saat ini Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan penyandang talasemia terbanyak se-Indonesia sedangkan di Kota Bandung sendiri sudah tercatat ada 300 penyandang talasemia yang membutuhkan perawatan rutin.

“Kita tidak ingin ada lagi penyandang talasemia baru. Oleh sebab itu, perkawinan antarsesama carrier perlu dicegah dan hal ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak,” tambahnya.

Pencegahan talasemia sudah menjadi target nasional yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Direktur P2PTM Kemenkes RI, Cut Putri Ariane menegaskan bahwa kualitas hidup manusia Indonesia bisa lebih baik dengan mencegah perkawinan sesama carrier talasemia sebab tanpa talasemia, masyarakat bisa hidup lebih sehat dan kuat.

“Cara mencegah talasemia adalah dengan mencegah perkawinan sesama carrier talasemia. Di Jawa Barat, ada 14 Kota/Kabupaten, termasuk Kota Bandung yang terpilih untuk menjadi lokus pendeteksian dini talasemia,” jelasnya.

Lebih lanjut ia memaparkan bahwa pencegahan ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Jika ada pasangan yang ternyata keduanya merupakan carrier talasemia dan terlanjur menikah maka perlu diberikan konseling dan edukasi untuk merencanakan keturunannya, misalnya diberikan alternatif mendapatkan keturunan dengan mengadopsi anak. Hal ini perlu didukung oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan urusan pernikahan, seperti Kementerian Agama.

Wali Kota Bandung, Oded M. Danial juga berharap agar program deteksi dini talasemia ini bisa berjalan dengan baik sehingga Kota Bandung mendapatkan data yang akurat agar pemahaman masyarakat tentang talasemia ini bisa lebih baik dan bisa mengurangi pernikahan sesama carrier.

“Mengidap atau menjadi carrier talasemia bukanlah aib. Kita perlu gencar memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai talasemia kepada masyarakat. Selain itu, sebagai pemerintah kita juga perlu meningkatkan empati dan membantu mencari solusi terkait masalah ini,” kata Oded.

Ke depan, deteksi dini talasemia di Kota Bandung bisa dilakukan di 14 Puskesmas, salah satunya di UPT Puskesmas Garuda dengan inovasi GARPUTALA (Garuda Peduli Thalasemia). Setiap warga berusia produktif yang melakukan pemeriksaan darah di UPT Puskesmas Garuda akan dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya sifat talasemia pada tubuhnya agar selanjutnya dapat diberi sosialisasi dan edukasi mengenai talasemia.

(Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung)

Bagikan: