Omaba dan Beas Bereum Solusi Bandung Cegah Stunting


Permasalahan gizi buruk dan angka kematian bayi yang tinggi menjadi masalah serius di wilayah Riung Bandung. Tak hanya masyarakat menengah ke bawah, masalah serupa juga dialami masyarakat menengah ke atas.

 

Hal tersebut disampaikan oleh Sonny Sondari, dokter UPT Puskesmas Riung Bandung pada paparannya mengenai program Ojek Makanan Balita (Omaba) di acara Sosialisasi Program Omaba dan Beas Beureum kepada para pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rabu (07/08/2019).

 

Omaba yang dibentuk sejak tahun 2013 ini menitikberatkan pada strategi pendistribusian pemberian pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan bagi balita bergizi buruk. Para kader binaan Puskesmas dikerahkan untuk membuat makanan bergizi seimbang di Cooking Center yang dibina oleh bidan Puskesmas. Hasilnya, makanan tersebut didistribusikan menggunakan sepeda motor kepada balita yang menjadi sasaran program Omaba.

 

Omaba bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki asupan gizi anak-anak balita yang mengalami gizi buruk agar tidak terjadi stunting. Selain itu, Omaba juga mendorong masyarakat untuk menjadi kader gizi yang terampil dalam menyiapkan makanan, melakukan penyuluhan gizi, dan melakukan sistem tata kelola gizi lainnya.

 

“Omaba sudah diakui di tingkat dunia sebagai juara ketiga kategori program Corporate Social Responsibility (CSR) terbaik se-Asia pada Public Relations (PR) Asia Awards. Kita seharusnya bangga dan mendukung program ini salah satunya dengan menyediakan anggaran untuk pelaksanaan program ini secara kontinyu,” jelas Sonny.

 

Di samping Omaba, Dinas Kesehatan Kota Bandung tengah gencar menyosialisasikan program Bekal Makanan Sehat, Bergizi, dan Murah (Beas Bereum) kepada masyarakat. Program ini juga merupakan usaha Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi stunting akibat kurangnya asupan gizi pada anak-anak.

 

Berdasarkan data Hellen Keller International, kelompok makanan yang paling banyak dimakan oleh anak-anak di Kota Bandung adalah makanan ringan olahan pabrik yang rendah gizi. Akibatnya, angka stunting di Kota Bandung mencapai angka 25,8% (data PSG tahun 2017).

 

“Di samping itu, banyak pula remaja putri kita yang tidak memakan tablet tambah darah sehingga memperburuk kondisi ini,” papar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita pada sosialisai tersebut.

 

Ia menjelaskan bahwa anemia pada remaja putri akan berakibat pada kualitas generasi yang akan dilahirkan ketika mereka dewasa. Oleh sebab itu, Rita menjelaskan Beas Beureum dan Omaba juga harus didukung dengan program lainnya, seperti program Remaja Bandung Unggul Bebas Anemia (Rembulan) dan studi intensif mengenai gizi untuk anak SMA (Si Gurih) agar dapat menekan angka stunting di Kota Bandung.

 

“Harapan dari adanya sosialisasi ini di antaranya, kita dapat bersama-sama berkomitmen menurunkan angka stunting Kota Bandung, semua program Dinas Kesehatan dapat saling bersinergi, juga dapat menggemakan dan menggalakkan program-program yang ada,” pungkasnya.

 

(Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung)

Bagikan: