Angka Stunting di Kota Bandung Turun 1,34%

Angka stunting di Kota Bandung tahun 2021 turun sebanyak 1,34% dibanding tahun sebelumnya berdasarkan aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada bulan penimbangan balita Agustus 2021. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara pada kegiatan Aksi 7 Konvergensi Cegah Stunting: Pengukuran dan Publikasi Data Stunting Kota Bandung Tahun 2021, Jumat (26/11/2021) di Hotel Prime Park.

Sebelumnya pada tahun 2020, Kota Bandung mengalami peningkatan angka stunting sebanyak 2,40% dibandingkan tahun 2019 dengan 9.567 balita yang teridentifikasi mengalami stunting. Di tahun 2021 ini turun menjadi 7.568 balita. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu yang lama.

Ahyani menyebutkan penurunan stunting tersebut tercapai atas kerja sama dan intervensi berbagai macam pihak, baik dari aspek kesehatan maupun nonkesehatan. Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam kondisi pandemi Covid-19 kegiatan pengukuran status gizi pada balita untuk mendeteksi risiko terjadinya stunting melalui Posyandu dihentikan sementara, sehingga menghambat proses pengumpulan data. Meski demikian, isu stunting merupakan isu prioritas yang harus dituntaskan. Oleh sebab itu, ia mengapresiasi inovasi dan komitmen yang dilakukan aparat kewilayahan dalam menyukseskan target pengumpulan pengukuran data.

“Saya berterima kasih kepada petugas di lapangan baik dari Puskesmas maupun kewilayahan yang tetap melakukan pengukuran melalui kelompok-kelompok kecil di wilayahnya masing-masing,” tambahnya.

Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui status gizi pada balita sehingga bisa dipantau, menetapkan penanganan yang tepat sejak dini, serta melakukan pengembangan program yang sesuai untuk peningkatan kesadaran dan partisipasi keluarga, pengasuh, dan masyarakat untuk menjaga pertumbuhan anak balita yang normal, misalnya dengan melakukan intervensi pada aspek pola asuh, asupan gizi, atau akses sanitasi. Hal ini memerlukan peran masyarakat sekitar bukan hanya orang tua balita tersebut.

Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menegaskan bahwa meskipun terjadi penurunan angka stunting tidak lantas menjadikan Kota Bandung terbebas dari permasalahan stunting. Ia mengajak seluruh perangkat daerah agar terus aktif dalam upaya pencegahan stunting sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.

“Saya juga meminta camat dan lurah untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dengan memanfaatkan potensi yang ada, serta menjadikan isu stunting dan ODF sebagai prioritas di wilayahnya masing-masing, sehingga kita bisa menuntaskan permasalahan stunting di Kota Bandung,” jelasnya.

Dalam rangka mencapai Zero New Stunting (nol kejadian baru stunting) Kota Bandung menerapkan 8 Aksi Konvergensi Cegah Stunting yang terdiri atas kolaborasi berbagai pihak.

Aksi 1: Analisis situasi

Aksi 2: Rencana kegiatan

Aksi 3: Rembuk stunting

Aksi 4: Peraturan bupati/wali kota tentang peran daerah

Aksi 5: Pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM)

Aksi 6: Sistem manajemen data

Aksi 7: Pengukuran dan publikasi stunting

Aksi 8: Reviu stunting tahunan

(Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung)

Bagikan: