Pemberantasan penyakit Tuberculosis (TBC) perlu dilakukan dengan partisipasi aktif warga kata Pejabat Sementara Walikota, M. Solihin dalam sambutannya pada acara Peringatan Hari TBC Sedunia bertajuk “Peduli TBC, Indonesia Sehat†yang disampaikan oleh Asisten Pemerintahan Kota (Pemkot) Bandung, Kamilia Purbani di Plaza Balaikota, Rabu (28/03).
Hari TBC Sedunia yang diperingati setiap 24 Maret ini merupakan salah satu upaya menyadarkan masyarakat mengenai bahaya penyakit TBC. Pemkot Bandung melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung selalu berupaya untuk menekan penderita TBC di Kota Bandung.
Laporan WHO tahun 2016 mencatat ada 10,4 juta kasus TBC yang 10%-nya berupa kasus TBC dengan HIV positif. Di antara jumlah tersebut, ada 490.000 kasus multidrug-resistant TBC (MDR-TBC). Dari data tersebut tercatat Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki jumlah kasus TBC terbanyak dengan 360.565 kasus. Dari jumlah tersebut, kasus yang diketahui tercatat sebanyak 35%, sementara 65% kasus lainnya masuk ke dalam kategori belum diobati atau sudah diobati, tapi belum tercatat oleh program.
Melalui sambutannya, Solihin menegaskan agar peringatan Hari TBC Sedunia ini jangan hanya diperingati sebagai acara seremonial, tetapi harus dijadikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, di antaranya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melaporkan kasus TBC atau HIV di Kota Bandung. Selanjutnya, diharapkan hal tersebut menjadi gerakan moral yang masif dan berkepanjangan.
Lingkungan sosial merupakan salah satu aspek yang penting dalam mencegah epidemic TBC-HIV, utamanya dalam menumbuhkan kebiasaan hidup sehat kepada setiap individu agar rutin memeriksakan kesehatannya. Di samping itu, Solihin berharap masyarakat bisa membangun komunikasi antarsesama dan tidak ada yang disembunyikan melainkan saling memberi informasi mengenai potensi penyakit HIV dengan TBC.
Di Kota Bandung pada tahun 2017 tercatat ada 399 orang dari 100.000 penduduk yang terkena TBC, tetapi sudah diobati. Meski segala upaya untuk menekan kasus TBC sudah dilakukan, sampai saat ini masih banyak kasus TBC yang belum terdeteksi dan belum tertangani sampai sembuh.
Penderita TBC dapat sembuh apabila rutin mengonsumsi obat sampai dokter menyatakan dirinya sembuh. Jika penderita tidak minum obat secara teratur, virus TBC yang ada di tubuh pasien akan kebal dengan obat-obatan yang diberikan sehingga berubah menjadi MDR-TBC. Pengobatan MDR-TBC memerlukan waktu yang lebih lama dan intensif karena obat harus masuk ke dalam tubuh melalui suntikan setiap hari.
“Jangan sampai penderita TBC telat tertangani sehingga menyebabkan MDR-TBC karena akan menyebabkan berbagai kerugian, di antaranya tidak bisa menjadi peserta haji,†kata Kepala Dinkes Bandung, Rita Verita dalam laporannya pada acara tersebut.
Rita juga mengimbau agar semua pihak turut serta menyukseskan pemberantasan penyakit ini melalui penggalangan komitmen dukungan dari berbagai pihak terhadap program pencegahan dan pengendalian TBC di Kota Bandung, yakni Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Camat, Rumah Sakit, kader kesehatan, lembaga akademik kesehatan, dan berbagai elemen lainnya.
“Kami sudah menyiapkan obat TBC di Puskesmas se-Kota Bandung secara gratis. Dengan adanya Hari TBC Sedunia ini diharapkan agar masyarakat semakin peduli terhadap penyakit TBC dan aktif melaporkan penemuan kasus TBC di lingkungannya kepada petugas kesehatan setempat,†pungkas Rita.
(Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung)
Bagikan: